Bank Indonesia (BI) mengungkapkan menjelang Hari Ramadhan, pihaknya akan terus menjauhkan Indonesia dari ‘momok seram’ alias inflasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, akan mengarahkan inflasi inti tetap berada pada kisaran 3% plus minus 1% pada semester I-2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3% plus minus 1% pada semester II-2023.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, kata Perry juga diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.
“Memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/3/2023).
Perry menjelaskan, koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis juga terus diperkuat.
“Koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) terus dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” ujarnya.
Untuk diketahui inflasi IHK pada Februari 2023 tercatat sebesar 5,47% secara tahunan (year on year/yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi IHK bulan sebelumnya yang sebesar 5,28% (yoy) akibat naiknya inflasi volatile food sebesar 7,62% (yoy).
Inflasi inti terus melambat menjadi 3,09% (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi yang menurun, tekanan imported inflation yang terkendali, dan pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi inti akan tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1% mulai September 2023.
“Setelah berakhirnya base effect penyesuaian harga BBM Bersubsidi tahun lalu. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah (pusat dan daerah) dalam pengendalian inflasi, termasuk menyambut periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” jelas Perry.
Deputi Gubernur BI Aida Budiman menjelaskan, pihaknya akan terus memantau perkembangan harga pangan. Menurut pantauan saat ini masih terus terjaga.
Hasil pemantauan kami sampai minggu kedua Maret 2023, kondisinya masih terjaga. Perkiraannya masih dalam perkiraan inflasi bulanannya, tapi so far kondisinya masih terjaga,” ujarnya.
Adapun pada HKBN, yang akan terus dipantau ketat, kata Aida yakni telur, daging ayam, daging, dan harga pangan hortikultura lainnya seperti cabai dan bawang. Nah, pada bulan-bulan akhir ini yang akan dipantau ketat juga yakni harga beras.
“Mudah-mudahan musim panen mulai terjadi, sudah keluar di Jawa. Meskipun ada masalah banjir, namun yang panen masih akan banyak dan masih sesuai perkiraan kita,” jelas Aida.
“Juga di Sulawesi sebagai lumbung beras, juga sudah mulai ada panen dan puncaknya di April-Mei akan terus panen beras. Dengan perkembangan terus, harganya mulai menurun seperti beras, meskipun harganya masih cukup tinggi dan inflasi pangan akan mengalami penurunan,” kata Aida lagi.