Laba Turun 30% Pada 2022, Valuasi JPFA Juga Masih Mahal

Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pada perdagangan Jumat (10/3/2023) harga saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) ditutup  di Rp 1.230 atau naik 0,82%.

Diketahui JPFA sudah memberikan informasi hasil laporan keuangan Perseroan hingga 31 Desember 2022. Dimana hasilnya cukup membuat para investor kecewa. Lantaran laba Perseroan turun hampir 30% menjadi Rp1,49 triliun pada Desember 2022.

Meskipun secara pendapatan meningkat 9% dari periode 2021 ke 2022, tetapi tingginya beban-beban JPFA yang masih menggerus laba bersih dari JPFA.

JPFA sendiri diketahui sudah listing di Bursa Efek Indonesia sejak 23 Oktober 1989 dengan harga IPO di saat itu Rp7.200.

Mari bahas pertumbuhan laba dan penyebab turunnya laba JPFA secara laporan keuangan.

Terlihat pada pertumbuhan laba bersih tahun berjalan JPFA begitu fluktuatif. Dimana laba JPFA mengalami penurunan dari tahun 2018 ke tahun 2020. Setelah masa Covid-19 mulai mereda, JPFA kembali mengalami pertumbuhan laba bersih pada tahun 2021. Namun sayangnya pada tahun 2022 harus kembali mengalami penurunan kinerja sehingga menyebabkan laba bersihnya anjlok hampir 30%.

Secara margin JPFA nampak terlihat jelas turun pada periode 2022 dari 2021. Dimana naiknya pendapatan pada tahun 2022 juga diikuti kenaikan beban pokok penjualan yang tidak seimbang dengan kenaikan pendapatannya. Sehingga margin pada tahun 2022 berada di 15,69% lebih kecil dibandingkan tahun 2021 sebesar 17,87%, meskipun secara pendapatan masih lebih besar tahun 2022.

Jika para investor melihat dalam catatan kaki laporan keuangan JPFA per 31 Desember 2022, bahwa meningkatnya penjualan JPFA berasal dari kenaikan peternakan komersial, pakan ternak, pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen, budidaya perairan, serta perdagangan dan lain-lain. Rata-rata hampir dari semua sumber pendapatan JPFA meningkat, namun karena tingginya beban yang masih membuat laba JPFA turun.

Dalam laporan keuangan JPFA per 31 Desember 2022 terlihat kenaikan beban terjadi pada beban pokok penjualan, beban penjualan dan pemasaran, kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset biologis dan biaya keuangan.

Secara valuasi BV dan PBV harga saham JPFA masih terbilang cukup mahal. Gross Profit Margin (GPM) JPFA berada di angka yang cukup kecil 15,69%. Dimana keuntungan atau margin dari selisih pendapatan dengan beban pokoknya hanya 15,69%.

Dalam Net Profit Margin (NPM) juga begitu cukup kecil di 2,90%. Dalam hal menghasilkan laba bersih JPFA perlu ditingkatkan lagi.

Namun, untuk Return On Equity (ROE) JPFA memiliki angka yang cukup baik di 11,14%. Dalam mengelola modal terhadap laba bersihnya sudah cukup efisien. Angka ini sudah berada di atas 8,32%.

Sayangnya untuk Return On Asset (ROA) JPFA memiliki angka yang masih kurang baik di 4,34%. Dimana dalam mengelola aset terhadap laba bersihnya JPFA masih kurang efisien. Angka ini berada di bawah 5,98%.

Untuk Debt to Equity Ratio (DER) JPFA berada di angka yang cukup tinggi di 149,33%. Dimana dalam membayar kewajiban terhadap modalnya termasuk kategori kurang sehat, dimana total hutang lebih besar dibandingkan total modalnya. Tingginya hutang JPFA berasal dari utang bank dan utang usaha pihak berelasi.

Dan untuk Cash Ratio (CR) JPFA berada di 19,24%. Angka ini juga cukup kurang baik, yang menandakan bahwa kemampuan membayar kewajiban lancar terhadap aset lancarnya masih kurang efisien.

Jika melihat dividen JPFA dalam lima tahun ke belakang, JPFA masih rajin membagikan dividen. Bahkan di tahun 2022 dimana JPFA mengalami penurunan kinerja namun masih membagikan dividen lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan dividen sebesar Rp60 atau setara 3,77% pada April 2022. Pembagian dividen pada April 2022 berasal dari hasil tahun buku 2021.

Bisnis

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) adalah perusahaan agri-food. Kegiatan intinya meliputi pembuatan pakan ternak, peternakan ayam, pengolahan unggas dan budidaya perikanan.

Jenis bisnis :
• Mengembangkan usaha di bidang protein dari hewan ternak termasuk unggas dan hewan laut
• Termasuk usaha utama di bidang pakan, pembiakan & pemeliharaan ternak, vaksin, dan lain-lain
• Berujung pada produksi makanan olahan untuk konsumsi manusia

Prospek Bisnis

Upah Minimum Provinsi (UMP) 2023 mengalami kenaikan maksimal 10% berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 18 Tahun 2022.

Kenaikan UMP ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan konsumsinya. Yang dimana juga tingkat suku bunga Bank Indonesia masih bertahan di 5,75%. Tentu hal ini tidak akan mendorong tingginya harga-harga pangan sehingga masyarakat bisa meningkatkan konsumsinya.

Dari segi pasokan, kegiatan pemangkasan Day Old Chicken Final Stock (DOC FS) untuk mengontrol suplai juga akan berlanjut. Alhasil, harga ayam berpotensi menjadi lebih stabil.

JPFA berencana akan melakukan aksi korporasi berupa PMTHMEDTD (Penambahan Modal Tanpa Memberikan Hak Memesan Terlebih Dahulu) sekitar 10% dari modal ditempatkan Perseroan atau berkisar 1,1 miliar saham baru.

Jadi aksi korporasi PMTHMEDTD ini masih rencana dan tentunya menunggu persetujuan dari para pemegang saham independen. Dimana tanggal RUPSLB di 5 April 2023. Perseroan akan menggunakan dana tunai yang berasal dari penerbitan Saham Baru untuk keperluan korporasi umum termasuk menurunkan liabilitas, investasi, modal kerja dan keperluan korporasi umum yang menguntungkan bagi Perseroan dan anak perusahaan.

JPFA akan melakukan buyback maksimal 1,5% dari seluruh saham yang ditempatkan atau 175,89 juta lembar saham.

Aksi buyback ini dilakukan untuk meningkatkan Return of Equity (ROE) Japfa, dan akan memiliki fleksibilitas dalam mengelola modal dan memaksimalkan pengembalian saham. Saham yang dibeli JPFA akan tersimpan dalam treasury, yang dapat digunakan untuk aksi yang sejalan dengan skema saham JPFA seperti PT Japfa Performance Share Plan.

Dimana saham buyback tersebut dalam dijual kembali di luar pasar kepada investor atau pemegang saham, melakukan pembiayaan utang bersifat ekuitas, ESOP, pengurangan modal dan keperluan lainnya.

Masih layak koleksi atau tidak?

Secara fundamental JPFA tidaklah terlalu buruk meski NPM-nya kecil. Namun JPFA perlu melakukan perbaikan kinerja terlebih dahulu untuk menarik pada investor, terutama dalam efisiensi biaya.

Jika permintaan daging ayam dan sapi pada tahun 2023 tinggi dan diimbangi dengan bertahannya suku bunga serta turunnya suku bunga Bank Indonesia, tentu hal ini akan mendorong kinerja dari JPFA.

Jika di tahun 2023 permintaan semakin menurun meski biaya bahan baku tidak naik, tentu tetap akan membuat laba JPFA tidak semakin bertumbuh.

Namun mengingat sebentar lagi akan memasuki momen Ramadhan, biasanya permintaan terhadap daging ayam dan sapi akan tinggi. Kita bisa lihat hasil laporan keuangan semester 1 JPFA apakah momen Ramadhan dan lebaran akan berpengaruh besar atau tidak.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*